pembunuhan karakter
lewat rivalitas multipartai sederhana
Kilas
balik ke judul lawas “pembunuhan karakter vs karakter pembunuh”. Date modified 10/27/2019 8:04 AM. Sibukkan diri dengan
sedikit iseng bebas pretensi. Simak berita terkait laga bola sepak antara
Persija vs Persib. Pesepak saat tanding memang serba saling. Kaki tangan,
pasang badan sebagai andalan. Kepala mampu
cetak gol. Belum ada evaluasi, bagaimana korelasi, relasi, interaksi antara
rebutan kursi dengan rebutan bola.
Pengarusutamaan gender
melahirkan watak serakah politik. Bukan juga. Kode etik politik serakah begitu
bunyinya. Tak pakai lama, tak perlu antri atau merintis mulai dari nol.
Tumpukkan keringat leluhur melicinkan langkah politik. Menggelincirkan bablas
ke laut bebas.
Tanpa kata, rakyat tapak
tanah selaku kelompok penekan, kelompok penyeimbang menjadi faktor penentu
riset kebijakan berbasis wawasan kerakyatan. Aksi diam, aksi bisu rakyat bak solidaritas spiritual buka pintu langit. Faktor penentu non-politik sisi lain dari
karakter multipartai.
INDONESIA–ku,
multipartai vs multipilot. Lazimnya sebuah rezim, tepatnya di éra mégatéga,
bukan sekedar menjelma menjadi kezaliman, kelaliman. Maklum. Memang memang
sebegitunya. Sudah sebagai langkah politik yang optimal. Mentok atas bawah.
Jeblok samping. Apalagi tampak depan. Semrawut binti awut-awutan. Pokoké
menang.
Kilas
balik ke judul lawas “dilema
regenerasi kepimpinan nasional, kebutuhan demokrasi vs syarat konstitusi”. Date modified 4/7/2018
7:17 AM. Dapat disimpulkan bahwa
hak konstitusional warga negara ialah HAM yang dimuat seuai perubahan kedua UUD
NRI 1945 di Bab XA Hak Asasi Manusia, yang meliputi Pasal 28A hingga Pasal 28J.
[HaéN]